Minggu, 18 November 2012

Kromatografi kertas

Kromatografi kertas merupakan salah satu metode pemisahan berdasarkan distribusi suatu senyawa pada dua fasa yaitu

fasa diam dan fasa gerak. Pemisahan sederhana suatu campuran senyawa dapat dilakukan dengan kromatografi kertas, prosesnya dikenal sebagai analisis kapiler dimana lembaran kertas berfungsi sebagai pengganti kolom.

Kromatografi kertas adalah salah satu pengembangan dari kromatografi partisi yang menggunakan kertas sebagai padatan pendukung fasa diam. Oleh karena itu disebut kromatografi kertas. Sebagai fasa diam adalah air yang teradsorpsi pada kertas dan sebagai larutan pengembang biasanya pelarut organik yang telah dijenuhkan dengan air. Dalam kromatografi kertas fasa diam didukung oleh suatu zat padat berupa bubuk selulosa. Fasa diam merupakan zat cair yaitu molekul H2O yang teradsorpsi dalam selulosa kertas.fasa gerak berupa campuran pelarut yang akan mendorong senyawa untuk bergerak disepanjang kolom kapiler. Analisis kualitatifmenggunakan kromatografi kertas dilakukan dengan cara membandingkan harga relative response factor (Rf). Nilai Rf identik dengan time retention (tR) atau volume retention (VR). Nilai Rf dapat ditentukan dengan cara: Rf = jarak yang ditempuh noda / jarak yang ditempuh pelarut Harga Rf zat baku dapat diidentifikasikan komponen campuran, karena harga besaran ini bersifat khas untuk setiap zat asal digunakan jenis pengembang yang sama. Kadang-kadang pemisahan dalam satu arah belum memberikan hasil yang memuaskan. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, dapat dipakai carakromatografi kertas dua dimensi, yang mana letak kertas diubah sehingga arah pemisahan juga berubah. Secara umum kromatografi kertas dilakukan dengan menotolkan larutan yang berisi sejumlah komponen pada jarak 0,5 sampai 1cm dari tepi kertas. Setelah penetesan larutan pada kertas, maka bagian bawah kertas dicelupkan dalam larutan pengambang(developing solution). Larutan ini umumnya terdiri atas campuran beberapa pelarut organik yang telah dijenuhkan dengan air. Sistem ini akan terserap oleh kertas dan sebagai akibat dari gaya kapiler akan merambat sepanjang kertas tersebut. Rambatan ini dapat diusahakan dalam modus naik atau menurun. Selama proses pemisahandilakukan, sistem secara keseluruhannya disimpan dalam tempat tertutup, ruang didalamnya telah jenuh dengan uap sistem pelarut ini.

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/pemurnian-material/kromatografi/

Kromatografi
Ditulis oleh Yoshito Takeuchi pada 03-01-2009

Walaupun agak tidak terlalu jelas, kontribusi kromatografi pada perkembangan kimia modern tidak dapat dipandang rendah. Tanpa teknik kromatografi, sintesis senyawa murni (atau hampir murni) akan sangat sukar , dan dalam banyak kasus, hampir tidak mungkin.

Di awal abad ke-20, kimiawan Rusia Mikhail Semënovich Tsvet (1872-1919) menyiapkan kolom yang diisi dengan serbuk kalsium karbonat, dan kedalamnya dituangkan campuran pigmen tanaman yang dilarutkan dalam eter. Secara mengejutkan, pigmen memisahkan dan membentuk lapisan berwarna di sepanjang kolom. Ia menamakan kromatografi pada teknik pemisahan baru ini (1906). Kemudian kimiawan dari Swiss Richard Martin Willstätter (1872-1942) menerapkan teknik ini untuk risetnya yakni khlorofil untuk menunjukkan manfaat teknik ini, dan sejak itu banyak perhatian diberikan pada kromatografi. Kromatografi adalah teknik untuk memisahkan campuran menjadi komponennya dengan bantuan perbedaan sifat fisik masing-masing komponen. Alat yang digunakan terdiri atas kolom yang di dalamnya diisikan fasa stasioner (padatan atau cairan). Campuran ditambahkan ke kolom dari ujung satu dan campuran akan bergerak dengan bantuan pengemban yang cocok (fasa mobil). Pemisahan dicapai oleh perbedaan laju turun masing-masing komponen dalam kolom, yang ditentukan oleh kekuatan adsorpsi atau koefisien partisi antara fasa mobil dan fasa diam (stationer). Komponen utama kromatografi adalah fasa stationer dan fasa mobil dan kromatografi dibagi menjadi beberapa jenis bergantung pada jenis fasa mobil dan mekanisme pemisahannya, seperti ditunjukkan di Tabel 12.1 Tabel 12.1 Klasifikasi kromatografi Kriteria Nama
Kromatografi cair, kromatografi gas

Fasa mobil Mekanisme

Kromatografi adsorpsi, kromatografi partisi

Kromatografi pertukaran ion kromatografi gel

Kromatografi kolom, kromatografi lapis tipis, Fasa stationer kromatografi kertas Beberapa contoh kromatografi yang sering digunakan di laboratorium diberikan di bawah ini.

a. Kromatografi partisi
Prinsip kromatografi partisi dapat dijelaskan dengan hukum partisi yang dapat diterapkan pada sistem multikomponen yang dibahas di bagian sebelumnya. Dalam kromatografi partisi, ekstraksi terjadi berulang dalam satu kali proses. Dalam percobaan, zat terlarut didistribusikan antara fasa stationer dan fasa mobil. Fasa stationer dalam banyak kasus pelarut diadsorbsi pada adsorben dan fasa mobil adalah molekul pelarut yang mengisi ruang antar partikel yang ter adsorbsi. Contoh khas kromatografi partisi adalah kromatografi kolom yang digunakan luas karena merupakan sangat efisien untuk pemisahan senyawa organik (Gambar 12.3).

Kolomnya (tabung gela) diisi dengan bahan seperti alumina, silika gel atau pati yang dicampur dengan adsorben, dan pastanya diisikan kedalam kolom. Larutan sampel kemudian diisikan kedalam kolom dari atas sehingga sammpel diasorbsi oleh adsorben. Kemudian pelarut (fasa mobil; pembawa) ditambahkan tetes demi tetes dari atas kolom. Partisi zat terlarut berlangsung di pelarut yang turun ke bawah (fasa mobil) dan pelarut yang teradsorbsi oleh adsorben (fasa stationer). Selama perjalanan turun, zat terlarut akan mengalami proses adsorpsi dan partisi berulang-ulang. Laju penurunan berbeda untuk masing-masing zat terlarut dan bergantung pada koefisien partisi masing-masing zat terlarut. Akhirnya, zat terlarut akan terpisahkan membentuk beberapa lapisan. Akhirnya, masing-masing lapisan dielusi dengan pelarut yang cocok untuk memberikan spesimen murninya. Nilai R didefinisikan untuk tiap zat etralrut dengan persamaan berikut. R = (jarak yang ditempuh zat terlarut) / (jarak yang ditempuh pelarut/fasa mobil).

Gambar 12.3 Diagram skematik kromatografi

b. Kromatografi kertas
Mekanisme pemisahan dengan kromatografi kertas prinsipnya sama dengan mekanisme pada kromatografi kolom. Adsorben dalam kromatografi kertas adalah kertas saring, yakni selulosa. Sampel yang akan dianalisis ditotolkan ke ujung kertas yang kemudian digantung dalam wadah. Kemudian dasar kertas saring dicelupkan kedalam pelarut yang mengisi dasar wadah. Fasa mobil (pelarut) dapat saja beragam. Air, etanol, asam asetat atau campuran zat-zat ini dapat digunakan.

Kromatografi kertas diterapkan untuk analisis campuran asam amino dengan sukses besar. Karena asam amino memiliki sifat yang sangat mirip, dan asam-asam amino larut dalam air dan tidak mudah menguap (tidak mungkin didistilasi), pemisahan asam amino adalah masalah paling sukar yang dihadapi kimiawan di akhir abad 19 dan awal abad 20. Jadi penemuan kromatografi kertas merupakan berita sangat baik bagi mereka. Kimiawan Inggris Richard Laurence Millington Synge (1914-1994) adalah orang pertama yang menggunakan metoda analisis asam amino dengan kromatografi kertas. Saat campuran asam amino menaiki lembaran kertas secara vertikal karena ada fenomena kapiler, partisi asam amino antara fasa mobil dan fasa diam (air) yang teradsorbsi pada selulosa berlangsung berulang-ulang. Ketiak pelarut mencapai ujung atas kertas proses dihentikan. Setiap asam amino bergerak dari titik awal sepanjang jarak tertentu. Dari nilai R, masing-masing asam amino diidentifikasi. Kromatografi kertas dua-dimensi (2D) menggunakan kertas yang luas bukan lembaran kecil, dan sampelnya diproses secara dua dimensi dengan dua pelarut.

Gambar 12.4 Contoh hasil kromatografi kertas pigmen dari www.indigo.com/ science-supplies/filterpaper. html

c. Kromatografi gas
Campuran gas dapat dipisahkan dengan kromatografi gas. Fasa stationer dapat berupa padatan (kromatografi gas-padat) atau cairan (kromatografi gas-cair). Umumnya, untuk kromatografi gas-padat, sejumlah kecil padatan inert misalnya karbon teraktivasi, alumina teraktivasi, silika gel atau saringan molekular diisikan ke dalam tabung logam gulung yang panjang (2-10 m) dan tipis. Fasa mobil adalah gas semacam hidrogen, nitrogen atau argon dan

disebut gas pembawa. Pemisahan gas bertitik didih rendah seperti oksigen, karbon monoksida dan karbon dioksida dimungkinkan dengan teknik ini. Dalam kasus kromatografi gas-cair, ester seperti ftalil dodesilsulfat yang diadsorbsi di permukaan alumina teraktivasi, silika gel atau penyaring molekular, digunakan sebagai fasa diam dan diisikan ke dalam kolom. Campuran senyawa yang mudah menguap dicampur dengan gas pembawa disuntikkan ke dalam kolom, dan setiap senyawa akan dipartisi antara fasa gas (mobil) dan fasa cair (diam) mengikuti hukum partisi. Senyawa yang kurang larut dalam fasa diam akan keluar lebih dahulu. Metoda ini khususnya sangat baik untuk analisis senyawa organik yang mudah menguap seperti hidrokarbon dan ester. Analisis minyak mentah dan minyak atsiri dalam buah telah dengan sukses dilakukan dengan teknik ini. Efisiensi pemisahan ditentukan dengan besarnya interaksi antara sampel dan cairannya. Disarankan untuk mencoba fasa cair standar yang diketahui efektif untuk berbagai senyawa. Berdasarkan hasil ini, cairan yang lebih khusus kemudian dapat dipilih. Metoda deteksinya, akan mempengaruhi kesensitifan teknik ini. Metoda yang dipilih akan bergantung apakah tujuannya analisik atau preparatif.

d. HPLC
Akhir-akhir ini, untuk pemurnian (misalnya untuk keperluan sintesis) senyawa organik skala besar, HPLC (high precision liquid chromatography atau high performance liquid chromatography) secara ekstensif digunakan. Bi la zat melarut dengan pelarut yang cocok, zat tersebut dapat dianalisis. Ciri teknik ini adalah penggunaan tekanan tinggi untuk mengirim fasa mobil kedalam kolom. Dengan memberikan tekanan tinggi, laju dan efisiensi pemisahan dapat ditingkatkan dengan besar. Silika gel atau oktadesilsilan yang terikat pada silika gel digunakan sebagai fasa stationer. Fasa stationer cair tidak populer. Kolom yang digunakan untuk HPLC lebih pendek daripada kolom yang digunakan untuk kromatografi gas. Sebagian besar kolom lebih pendek dari 1 m. Kromatografi penukar ion menggunakan bahan penukar ion sebagai fasa diam dan telah berhasil digunakan untuk analisis kation, anion dan ion organik.

Latihan
12.1 Distilasi fraktional Tekanan uap dua cairan A dan B adalah 1,50 x 104 N m-2 dan 3,50 x 104 N m-2 pada 20°C. dengan menganggap campuran A dan B mengikuti hukum Raoult, hitung fraksi mol A bila tekanan uap total adalah 2,90 x 104 N m-2 pada 20°C.

12.1 Jawab Fraksi mol A, nA, dinyatakan dengan. (nA x 1,50 x 104) + (1 ± nA) x 3,50 x 104 = 2,90 x 104 nA = 0,30

PENDAHULUAN

Kromatografi adalah suatu metode untuk pemisahan tertentu. Cara ini telah ditemukan oleh TSWETT pada tahun 1903, ia menggunakannya untuk pemisahan senyawa-senyawa berwarna dan nama kromatografi diambil dari senyawa berwarna tersebut. Sekarang kromatografi tidak hanya untuk pemisahan senyawa berwarna saja tetapi untuk senyawa yang tidak berwarna, termasuk gas. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fasa, yaitu fasa tetap (stationary) dan fasa bergerak (mobile). Pemisahan tergantung dari gerakan kedua fasa ini. Jika fasa tetap berupa zat padat dan fasa bergerak berupa zat cair maka cara tersebut dikenal dengan kromatografi serapan (absorption chromatography). Jika fasa tetap berupa zat cair dan fasa bergerak berupa zat cair maka cara tersebut dikenal dengan kromatografi partisi (partition chromatography). Semua pemisahan dengan kromatografi terdistribusi sendiri diantara fasa-fasa bergerak dan dalam perbandingan yang berbeda. Kromatografi ada bermacam-macam yaitu: 1. Kromatografi lapis tipis 2. Kromatografi penukar ion 3. Kromatografi gas padat 4. Kromatografi gas cair 5. Kromatografi kertas 6. Kromatografi kolom Dalam makalah ini kami hanya membicarakan tentang Kromatografi Kertas. Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu memahami tentang pengenalan kromatografi kertas, garis besar secara umum dari cara kerja, alat dan teknik kromatografi kertas, serta kertas yang digunakan sebagai media (fasa diam) dari kromatografi kertas.

BAB II ISI II.a. Pengenalan kromatografi kertas

Pada awalnya kromatografi dianggap semata-mata sebagai bentuk partisi cairan±cairan. Serat selulosa yang hidrofilik (suka air) dari kertas tersebut dapat mengikat air, setelah disingkapkan pada udara lembab, kertas saring yang tampak kering itu sebenarnya dapat mengandung air dengan persentase tinggi. Jadi kertas itu sebenarnya dapat mengandung air dengan persentase tinggi dan kertas itu dipandang sebagai analog dengan sebatang kolom.

Kromatografi kertas merupakan salah satu metode untuk identifikasi komponen kimia dari suatu campuran zat dengan bantuan perbedaan sifat fisik masing-masing komponen. Kromatografi digunakan untuk memisahkan campuran dari substansinya menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi bekerja berdasarkan prinsip yang sama. Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan atau cairan) dan fase gerak (cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen dari campuran bersama-sama. Komponen-komponen yang berbeda akan bergerak pada laju yang berbeda pula. Dalam kromatografi kertas, fase diam adalah kertas serap. Fase gerak adalah pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Adsorben (penyerap) dalam kromatografi kertas adalah kertas saring yaitu selulosa. Cairan fase bergerak yang biasanya berupa campuran dari pelarut organik dan air, akan mengalir membawa noda cuplikan yang ditotolkan pada kertas dengan kecepatan berbeda. Fase mobile (pelarut) dapat beragam, misal: air, etanol, asam asetat, dll. Kromatografi kertas digunakan baik untuk analisa kualitatif maupun kuantitatif. Senyawa-senyawa yang dipisahkan kebanyakan bersifat sangat polar, misalnya: asam-asam amino, gula, atau pigmenpigmen alam. Kromatografi kertas merupakan penemuan yang paling baik bagi kimiawan. Hal ini dikarenakan kromatografi kertas diterapkan untuk analisis campuran asam amino. Bagi kimiawan pemisahan asam-asam amino adalah masalah paling sukar yang dihadapinya, sehingga penemuan kromatografi kertas dianggap berita sangat baik.hal tersebut juga dikarenakan asam amino memiliki sifat yang sangat mirip, asam amino larut dalam air dan tidak mudah menguap. II.b. Garis Besar Secara Umum dari Cara Kerja Larutan cuplikan atau campuran zat yang akan dipisahkan ditotolkan pada kertas saring didaerah yang sudah diberi tanda dimana cuplikan tersebut akan meluas membentuk sebuah noda yang bulat. Setelah menotolkan cuplikan maka tunggu totolan cuplikan tersebut kering. Diameter totolan yang membentuk noda tidak lebih dari 0,4 cm. Hal ini dikarenakan agar noda cuplikan (totolan cuplikan) pada saat dilakukan elusi, setelah pengeringan tidak menyatu antara noda satu dengan noda yang lain, sehingga dapat memisah. Setelah noda (totolan cuplikan) kering masukkan atau gantung kertas dalam bejana tertutup (lemari kromatografi) yang tercelup dalam pelarut atau eluen yang dipilih sebagai fasa bergerak. Jangan sampai noda tercelup dalam eluen (pelarut) karena dapat mengakibatkan senyawa yang dipisahkan akan terlarut dari kertas. Pelarut bergerak melalui serat-serat dari kertas oleh gaya kapiler dan menggerakkan komponen (pita

kromatogram) dalam laju yang berbeda. Bila permukaan pelarut telah bergerak dengan cukup jauh dan dengan waktu yang ditentukan, maka kertas diambil dari bejana dan batas permukaan pelarut diberi tanda lalu kertas dikeringkan (pengeringan bisa dilakukan dengan hairdryer). Jika senyawasenyawa berwarna maka akan terbentuk dan terlihat noda-noda yang terpisah. Bila senyawa tak berwarna maka harus dideteksi dengan cara fisika dan kimia. Cara yang biasa digunakan adalah dengan suatu pereaksi yang memberikan sebuah warna dari senyawa-senyawa tersebut. Untuk mendeteksi bisa juga dengan sinar ultra ungu atau teknik radio kimia. Bila akan melakukan pemisahan dengan cara kromatografi kertas maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah: 1) Metoda (penaikkan, penurunan, atau mendatar) 2) Macam dari kertas 3) Pemilihan dan pembuatan pelarut (fasa bergerak) 4) Kesetimbangan dalam bejana yang dipilih 5) Pembuatan cuplikan 6) Waktu pengembangan 7) Metode deteksi dan identifikasi II.c. Alat dan Teknik 1. Alat Alat yang pokok adalah bejana yang terbuat dari gelas, platina atau logam tahan karat yang diatasnya ditutup agar mencegah penguapan dari pelarut (jika pelarut menguap maka tidak bisa dijadikan fase gerak karena syaratnya pelarut/eluen harus jenuh). Alat yang lain kertas saring, dan penutup bejana. Untuk menyangga agar kertas tidak lepas bisa ditali pada penutup bejana. 2. Teknik Kertas dipotong memanjang sesuai ukuran bejana yang akan digunakan. Kertas yang dipakai adalah kertas Whatmann yang secara komersial tersedia dalam berbagai macam ukuran dan lembaran. Biasanya dipakai kertas Whatmann no. 1 dengan kecepatan sedang. Sejumlah cuplikan ditotolkan menggunakan mikropipet pada jarak beberapa cm dari salah satu ujung kertas yang sudah diberi garis horisontal dengan pensil. Spot atau noda yang terbentuk dikeringkan, lalu kertas dimasukkan dalam bejana tertutup yang sudah dijenuhkan dengan pelarut yang sesuai untuk dikembangkan. Terdapat tiga metode pengembangan pada kromatografi kertas, yaitu:
y

Metode penaikkan (ascending)

Prinsipnya: Kertas digantung sedemikian rupa sehingga bagian bawah kertas tercelup pada pelarut yang terletak di dasar bejana. Noda harus diusahakan tidak sampai tercelup karena dapat larut

dalam pelarut. Pelarut akan naik melalui serat-serat kertas oleh gaya kapiler yang menggerakkan komponen dengan jarak yang berbeda-beda.
y

Metode penurunan (descending)

Prinsipnya: Kertas digantung dalam bejana dimana aliran mulai bergerak, dicelupkan dalam palung kaca yang berisi pelarut. Pelarut bergerak turun membawa komponen melalui gaya kapiler dan gaya gravitasi.
y

Metode mendatar (radial)

Kertas dibentuk bulat yang tengahnya diberi sumbu dari benang atau gulungan kertas. Noda ditempatkan pada pusat kertas kemudian pelarut akan naik melalui sumbu sehingga membasahi kertas untuk kemudian mengembang melingkar membawa komponen yang dipisahkan. Bila permukaan pelarut telah mengembang atau bergerak pada batas tertentu, maka kertas dikeluarkan dari bejana dan batas permukaan pelarut diberi tanda lalu kertas dikeringkan. Jika senyawa yang dipisahkan berwarna maka akan nampak sebagai noda-noda yang terpisah. Tetapi jika komponen zat tidak berwarna (umumnya senyawa organik), maka dapat dideteksi dengan cara fisika atau kimia. Pada cara fisika noda komponen disinari lampu ultraviolet dengan panjang gelombang 254-370 nm yang akan memberikan fluorescensi. Secara kimia noda disemprot dengan pereaksi tertentu, sehingga memberikan warna spesifik. Biasanya untuk mendeteksi asam-asam amino digunakan pereaksi ninhidrin 0,1 % dalam butanol. Warna akan nampak merah-ungu sekitar 4 menit setelah dipanaskan 100oC. Setelah letak noda komponen diketahui dan diberi tanda batas harga Rf dapat diketahui. Contoh: Apabila kita mempunyai tiga pena biru dan akan mencari tahu dari tiga pena itu, yang mana yang digunakan untuk menulis sebuah pesan. Sampel dari masing-masing tinta ditotolkan pada garis dasar pensil pada selembar kromatografi kertas. Beberapa pewarna larut dalam jumlah yang minimum dalam pelarut yang sesuai, dan itu juga di totolkan pada garis yang sama. Kertas digantungkan pada wadah yang berisi campuran pelarut yang sesuai didalamnya. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada dibawah garis pada bercak diatasnya. Alasan untuk menutup wadah adalah untuk meyakinkan bahwa astmosfer dalam gelas kimia terjenuhkan dengan uap pelarut. Karena pelarut bergerak lambat pada kertas, komponen-komponen yang berbeda dari campuran tinta akan bergerak pada laju yang berbeda dan campuran dipisahkan berdasarkan pada perbedaan bercak warna. Contoh: Kromatogram yang dihasilkan dari campuran asam amino.

Campuran asam amino akan memisahkan asam amino tertentu yang terdapat dalam campuran. Setetes larutan campuran ditempatkan pada garis dasar kertas, dan dengan cara yang sama ditempatkan asam amino yang telah diketahui ditotolkan disampingnya. Kertas lalu ditempatkan dalam pelarut yang sesuai dan dibiarkan seperti sebelumnya. Posisi pelarut depan ditandai dengan pensil dan kromatogram dikeringkan dan disemprotkan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin bereaksi dengan asam amino menghasilkan senyawa berwarna, utamanya coklat atau ungu. Penyemprotan ninhidrin tujuannya adlah agar bercak noda terlihat dan terbentuk warna sehingga dapat mengetahui keberadaan asam amino. ** Kromatografi kertas dua arah** Kromatografi kertas dua arah dapat digunakan untuk pemisahan substansi atau campuran yang mempunyai nilai Rf yang serupa. Posisi pelarut ditandai dengan pensil sebelum kertas tersebut kering. Posisi ini ditandai dengan SF1, SF1 adalah untuk pelarut pertama. Pada gambar diatas dapat kita lihat bercak atau noda pusat besar dalam kromatogram berwarna sebagian biru dan sebagian lagi hijau. Dua pewarna dalam campuran atau bercak noda tersebut mempunyai nilai Rf yang hampir sama. Tunggu kertas diatas hingga kering seluruhnya untuk perlakuan yang kedua, yang pasti dengan pelarut yang berbeda. Setelah kertas kering lalu kertas tersebut diputar 900, lalu lakukan pemisahan kembali dengan pelarut berbeda. II.d. Kertas Kertas dibuat dari serat selulosa. Selulosa merupakan polimer dari gula sederhana, yaitu glukosa. Susunan serat kertas membentuk medium berpori yang bertindak sebagai tempat untuk mengalirkannya fase bergerak.

Berbagai macam kertas yang tersedia adalah Whatman 1, 2, 31 dan 3 MM Kertas yang lain adalah: a. Kertas asam asetil: dapat digunakan untuk zat-zat hidrofobik b. Kertas silikon c. Kertas penukar ion d. Kertas selulosa murni e. Kertas selulosa yang dimodifikasi f. Kertas serat kaca: untuk reagen yang korosif Untuk memilih kertas, yang menjadi pertimbangan adalah:

1. Tingkat dan kesempurnaan pemisahan
2. Difusivitas pembentukan spot 3. Pembentukan komet

4. Laju pergerakan pelarut Kertas yang akan digunakan harus disimpan dalam ruang tertutup atau di tempat yang kering, jauh dari sumber uap terutama yang mempunyai afinitas (kekuatan) tinggi terhadap selulosa. Dalam kromatografi kertas menggunakan kertas saring Whatmann No.1 sampai sekarang masih dipakai. Kertas dalam pemisahan mempunyai pengaruh pada kecepatan aliran pelarut. Kecepatan aliran naik dengan penurunan kekentalan dari pelarut, tetapi aliran pelarut pada suhu tertentu, ditentukan oleh kerapatan dan tebal dari kertas. Penurunan kerapatan atau kenaikan tebal memberikan kecepatan aliran yang lebih tinggi. Kertas Whatmann No.4 mempunyai karakteristik yang mirip seperti No.1, tetapi kira-kira memberikan efek dua kali lebih cepat. Kertas-kertas yang lebih tebal (Whatmann No.3 atau 3 MM) biasanya digunakan untuk pemisahan pada jumlah yang lebih besar, karena kertas tersebut dapat menampung lebih banyak cuplikan tanpa menaikkan area dari noda mula-mula.

BAB III KESIMPULAN Kromatografi kertas adalah salah satu metode untuk identifikasi komponen kimia dari suatu campuran zat. Kromatografi kertas digunakan untuk memisahkan campuran dari substansinya (campuran zat) menjadi komponen-komponennya (pita-pita kromatogram). Fasa diam dari kromatografi kertas adalah kertas serap dan fasa gerak adalah pelarut (campuran pelarut yang sesuai). Secara umum cara kerja kromatografi kertas yaitu: kertas dimasukkan dalam bejana tertutup untuk dijenuhkan dengan uap pelarut (eluen) dalam waktu yang ditentukan dan dilakukan elusi. Lalu kertas diambil dan dikeringkan untuk mengetahui bercak noda yang terbentuk. Bila senyawa yang diidentifikasi berwarna maka setelah dikeringkan bercak noda yang terpisah akan tampak, tetapi jika senyawa yang diidentifikasi tidak berwarna maka setelah dikeringkan tidak tampak bercak noda, untuk mengetahui bercak noda tersebut harus direaksikan dengan pelarut tertentu. Alat yang digunakan dalam kromatografi kertas ini adalah bejana yang terbuat dari gelas, platina/logam tahan karat yang di atasnya ditutup. Teknik kromatografi kertas ada tiga yaitu: metode penurunan, penaikkan dan mendatar. Kromatografi kertas menggunakan kertas Whatmann No. 1, 2, 31 dan 3 MM. Kertas yang lain biasa digunakan adalah kertas asam asetil, kertas kieselguhr, kertas silicon, kertas penukar ion dan kertas selulosa murni. Kertas dalam pemisahan mempunyai pengaruh pada kecepatan aliran pelarut.

http://ml.scribd.com/doc/38269363/Kromatografi-kertas.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar